Rabu, 03 Desember 2014

PEREKONOMIAN GLOBAL



KENAIKAN SUHU BUMI MENGANCAM KEHIDUPAN PEREKONOMIAN GLOBAL

Vegi Dwi Januaristy
SI Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Gorontalo
      
      Beberapa tahun terakhir ini saya yakin kita semua merasakan suhu di lingkungan sekitar kita semakin hari semakin panas. Udara yang kita hirup-pun sangat kurang kandungan oksigennya. Bahkan akibat buruk dari perubahan suhu yang berakibat pada perubahan tekanan udara yang sangat signifikan ini dirasakan oleh negara tetangga kita, yaitu Filipina.

            Pada 8 November 2013, Topan Yolanda (Haiynan), salah satu badai terkuat yang pernah tercatat untuk memukul tanah, menghancurkan sebuah daerah yang luas dari Filipina tengah…(Asian Development Bank).
            Tidak hanya itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilaporkan lewat situs resmi Asian Developmen Bank kondisi ini kemungkinan akan terus memburuk dalam jangka panjang. Perubahan iklim akan terus meningkat khususnya di 6 (enam) wilayah negara berkembang di Asia Selatan (India, Bangladesh, Bhutan, Nepal, Sri Lanka dan Maladewa). Tanpa penyimpangan global dari jalur fosil-bahan bakar padat, Asia Selatan bisa kehilangan setara 1,8% dari Produk domestik bruto tahunan (PDB) pada tahun 2050, yang akan semakin meningkat menjadi 8,8% pada tahun 2100.

            Namun, jika komunitas global mengambil tindakan sepanjang perjanjian Kopenhagen-Cancun untuk menjaga suhu rata-rata global dibawah atau beranjak 2 derajat celcius, wilayah ini hanya akan kehilangan rata-rata 1,3% dari PDB pada tahun 2050 dan sekitar 2,5% pada tahun 2100. Dapak pada sektor-sektor yang rentan adalah sebagai berikut.

Pertanian
Suhu yang lebih tinggi akhirnya mengurangi hasil tanaman yang diinginkan serta mendorong gulma dan proliferasi hama. Perubahan curah hujan (waktu dan jumlah) meningkatkan kemungkinan kegagalan npanen jangka pendek dan penurunan produksi jangka panjang, berpose ancaman serius bagi ketahanan pangan. Meskipun akan ada keuntungan dalam beberapa tanaman di beberapa daerah, dampak keseluruhan dari perubahan iklim pada pertanian diharapkan menjadi negatif dan harus jauh lebih baik dipahami.

Energi
Kenaikan rata-rata pemanasan akan meningkatkan kebutuhan energi untuk ruang pendingin (tetapi mengurangi energi yang dibutuhkan untuk pemanasan), sekaligus meningkatkan permintaan energi untuk irigasi. Di sisi penawaran, ada pengaruh langsung pada tenaga air dan pembangkit listrik termal melalui ketersediaan air dan suhu air pendingin masing-masing. Peningkatan intensitas dan frekuensi kejadian ekstrem seperti badai dan kenaikan permukaan laut dapat menyebabkan lebih banyak kegagalan sistem kelistrikan.

Hutan dan Ekosistem Lainnya
Perubahan hutan akan mempengaruhi sumber karbon hutan di beberapa wilayah di negara ini.

Kesehatan
Hasil pemodelan menunjukan bahwa tingkat kematian untuk wilayah yang disebabkan oleh demam berdarah, malaria dan diare akan meningkat dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari perubahan iklim. Morbiditas dan kematian akibat penyakit tersebut bisa meningkat di masa depan di bawah semua skenario.

Air
Meskipun siklus curah hujan tahunan monsun yang didominasi diperkirakan akan tetap tidak berubah di Asia Selatan, beberapa dekade mendatang diperkirakan memiliki musim dingin kering dan hangat dengan berkurangnya tutupan salju, sementara musim panas diperkirakan akan menjadi basah dan lebih hangat. Pola musiman arus sepanjang tahun bisa menjadi lebih tidak menentu, karena curah hujan segera diubah menjadi limpasan bukannya disimpan sebagai es.

Indonesia Negeri Maritim
Sebagai negara maritim, Indonesia tidak terlepas dari ancaman yang disebabkan oleh perubahan suhu di permukan bumi. Terlebih, 78% dari bumi indonesia adalah perairan. Tentunya hal ini perlu menjadi bahan pertimbangan, terkait dengan rencana program pemerintah untuk mengembangkan sektor kemaritiman.
Sebagaimana dilansir dalam VIVAnews.com,

“kenaikan suhu rata-rata muka bumi di atas 2 derajat celcius, maka akan berdampak buruk bagi sumber daya maritim yang ada di Indonesia”.

“kenaikan suhu rata-rata muka bumi di atas 2 derajat celcius akan merusak terumbu karang di lautan yang ada Indonesia, yang berakibat semakin turunnya perkembangbiakan ikan di laut, karena terumbu karang merupakan tempat ikan bertelur,” kata Doddy S Sukadri, Anggota Karbon Dewan Nasional Perubahan Iklim di sela-sela acara Intergovermental Panel on Climate Change (IPPCC)’s fifth Assessment Report di Yogyakarta, selasa 11 November 2014.

Menurutnya, perairan laut di Indonesia merupakan salah satu segitiga terumbu karang di dunia, sehingga ketika terumbu karang tersebut rusak akibat perubahan iklim, maka menjadi permasalahan tersendiri bagi pemerintahan Jokowi-JK untuk memaksimalkan sumber daya meritim yang ada.

Artinya, dalam menanggulangi masalah ini Indonesia tidak dapat menyelesaikannya sendiri. Indonesia perlu bekerja sama dengan negara-negara lain, terutama negara-negara terdekat atau negara tetangga. Karena faktanya, perubahan suhu di suatu wilayah akan mempengaruhi suhu di wilayah lain. Jadi perubahan suhu dapat menyebabkan perubahan tekanan udara. Dalam skala besar hal ini sering memicu bencana yang disebabkan oleh tekanan udara yang sangat dahsyat, seperti tornado, yolanda dan lain sebagainya.

Ali Tuqeer Sheikh, Chief Executive Officer Climate and Development Knowledge Network (CDKN) mengatakan, dampak serius yang dapat dirasakan oleh Indonesia akibat peningkatan suhu udara di atas 2 derajat celcius diantaranya, rusaknya pertanian sehingga mengancam pasokan pangan bagi masyarakat, kerusakan terumbu karang yang mengancam perkembang biakan ikanyang ada di laut, merusak mata pencaharian masyarakat pesisir, ketersediaan air bersih, merebaknya wabah penyakit, aktivitas migrasi, hingga konflik perebutan sumber daya alam.

“bahkan sangat dimungkinkan kawasan Indonesia bagian Timur yang terkenal kering karena jarang terjadi hujan akan menjadi gurun yang panas dan tandus,” katanya.

Menurutnya, kenaikan suhu udara di Asia Selatan dan Asia Tenggara selama abad 20 dan tahun 2000-an dampaknya kini sudah mulai dirasakan oleh masyarakat dan telah mengancam gangguan ketersediaan pangan, kesehatan, dan kualitas hidup manusia.

“seperti kejadian tiga kali topan yang melanda Filipina dalam kurun waktu 12 bulan, salah satunya Topan Hainan dengan kecepatan 310km/jam telah menjadi bencana terburuk yang melanda Negara Filipina, akibat dari pemanasan suhu muka bumi,” katanya.

SUMBER

Tidak ada komentar:

Posting Komentar